Rabu, 11 Maret 2009

REFLEKSI PENDAHULUAN FILSAFAT

Filsafat adalah ilmu yang cakupannya sangat luas. Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa Arab yaitu falsafah, atau dalam bahasa Yunani yaitu philosophia -philein yang artinya cinta dan shopia : kebijaksanaan. Jadi dapat dikatakan filsafat adalah cinta kebijaksanaan. Secara termologi pengertian filsafat sangat beragam. Berikut arti filsafat menurut beberapa filsuf :
1. Plato
Filsafat adalah pengatahuan yang berminat untuk mencapai pengetahuan kebenaran yang asli
2. Aristoteles
Filsafat adalah ilmu pengatahuan yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, politik, ekonomi, etika, dan estetika.
3. Al Farabi
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud hakikat yang sebenarnya.
4. Cicero (106- 43 SM)
Filsafat adalah ibu dari semua seni, beliau juga mendefinisikan bahwa filsafat adalah seni kehidupan
5. Immanuel Kant
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengatahuan yang ada
6. Notonegoro
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakikat.

Dari semua pengertian filsafat secara termologi tersebut dapat dikatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat dari sesuatu.

Melihat pengertian- pengertian di atas hanyalah memberi gambaran kepada kita apa sebenarnya filsafat secara luas belum masuk ke dalam inti filsafat itu sendiri. Secara formal filsafat terdiri atas tiga ruang lingkup, yaitu :
1. Hakikat
2. Metode
3. Manfaat
Filsafat akan membahas hakikat dari semua yang ada di alam semesta ini, dengan menggunakan metode hermeneutika kita akan mengungkapkan hakikat dari sesuatu sehingga ditemukan manfaatnya. Hermeneutika sendiri adalah diterjemahkan dan menterjemahkan. Kita harus dapat menterjemahkan diri kita sendiri untuk menemukan hakikat diri kita, begitu juga sebaliknya kita juga dapat diterjemahkan oleh filsafat guna menemukan hakikat kita yang sebenar-benarnya. Hakikat itu sendiri selalu berkaitan dengan ruang dan waktu. Kita yang tadi, dengan kita yang saat ini dan nanti dalam filsafat bisa dipandang secara berbeda. Begitu juga dengan kita yang berada di sini ataupun kita yang berada di tempat lain dalam filsafat juga dapat berarti berbeda. Jadi kita tidak dapat memehami hakikat diri kita sendiri, jika kita tidak memahami hakikat ruang dan waktu.

Objek dari filsafat dalah segala sesuatu yang ada di alam ini, tidak terbatas hanya pada makhluk hidup saja tetapi benda-benda mati juga dapat menjadi objek dalam filsafat. Objek filsafat bersifat intensif dan ekstensif. Bahkan ilmu jaga dapat menjadi objek dalam filsafat. Semua golongan dapat mendefinisikan ilmu berdasarkan pengatahuan dan cara pandan mereka. Jadi pengertian ilmu sangatlah luas seluas oranga-orang yang menterjemahkannya. Itulah sebenar-benarnya kita menterjemahkan dan kita diterjemahkan. Rene Decrates berkata "Aku berfikir maka aku ada". Jelas dengan pendapat tersebut kita harus terus berfikir untuk dapat menterjemahkan ilmu, diri kita sendiri, bahkan segala sesuatu dapat kita terjemahkan dan kita peroleh hakikatnya jika kita tidak berhenti berfikir. Karena jika kita berhenti berfikir maka sebenar-benarnya kita tidak ada di dalam ruang dan waktu. Di dalam filsafat kita juga dapat mengetahui estik dari sesuatu, yaitu yang benar dan salah. Dan juga kita dapat mengetahui estika dari sesuatu yaitu yang baik dan buruk.

Dari deskripsi di atas jelas terlihat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan ) yang sangat luas bahkan lebih luas dibanding ilmu pengetahuan itu sendiri. Kita dapat menemukan segala sesuatu dalam filsafat, kita dapat mendefinisikan segala sesuatu dalam filsafat. Hingga kita dapat menemukan hakikat dan manfaat semua yang ada di alam ini dengan filsafat. Tetapi kita juga haruslah terus berfikir untuk mencari kebenaran dari semua perkataan yang telah ada. Kita haru membuat tesis, antitesis, dan melakukan sintesis untuk dapat menemukan kebenaran tersebut. Jangan sampai kita termakan oleh mitos-mitos yang kita buat sendiri. Karena sebenarnya musuh besar dalam filsafat adalah mitos. Jadi kita tidak boleh berhenti berhenti berfikir, karena jika berhenti berfikir berarti kita juga berhenti mencari kebenaran. Di samping itu kita juga harus mendasari diri kita dengan iman dan takwa kepada Tuhan YME dalam mempelajari filsafat.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar