Minggu, 07 Juni 2009

Usaha Guru dalam Memperbincangkan Pembelajaran Matematika



Di dalam pembelajaran matematika peran guru masih sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai peserta didik. Dewasa ini dalam proses pembelajaran diharapkan dapat berorientasi pada student center bukan lagi teacher center. Maksudnya adalah, dalam pembelajaran matematika diharapkan siswa dapat memahami materi-materi pelajaran dengan usaha yang dilakukannya sendiri, tidak melulu mendapatkan informasi dari guru. Siswa harus mempunyai inisiatif dan inovasi untuk dapat memahami suatu pokok bahasan, dalam hal ini tentu saja yang berkaitan dengan matematika. Peran guru di sini adalah sebagai fasilitator untuk membelajarkan siswa, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tetapi bagi sebagian sekolah proses pembelajaran yang berpusat pada siswa masih dirasa cukup sulit untuk dapat berjalan dengan lancar. Meskipun pembelajaran yang berpusat pada guru dipandang mempunyai kekurangan tetapi beberapa sekolah tidak dapat terlepas dari metode pembelajaran tersebut. Selain itu pembelajaran teacher center sudah menjadi perhatian oleh sebagian kalangan, berikut adalah beberapa kelemahan dari pembelajaran yang berpusat pada guru :

1. Guru melakukan pengajaran bukan pembelajaran. Guru yang seperti ini tidak mempunyai tujuan lain selain melakukan tugas rutin yang diembannya. Tidak punya keinginan memperbaiki cara mengajar, tidak mau terlibat lebih jauh dalam kegiatan pembelajaran. Ia menganggap tugasnya telah selesai begitu keluar dari kelas.
2. Berperan sebagai pentransfer pengetahuan. Guru hanya memberikan pengetahuan yang ia anggap penting bukan yang siswa anggap penting. Tidak berupaya menggali dan mendalami hal-hal menarik dari ilmu yang disampaikannya. Akibatnya siswa pun tidak tertarik terhadap matematika. Siswa akan menganggap matematika adalah mata pelajaran yang kering, membosankan, menjenuhkan, dan menegangkan.
3. Sebagai pemberi perintah/instruksi sedangkan siswa harus menuruti instruksi tersebut tanpa dapat menawar. Guru memberikan contoh soal kemudian memberikan soal latihan yang harus dikerjakan siswa sesuai cara atau contoh tadi. Siswa tidak diberi pilihan untuk mengerjakan atau memecahkan permasalahan dalam soal latihan menurut caranya sendiri. Siswa menjadi peniru, plagiat dan terbiasa berpikir mekanik. Ini membahayakan bagi kualitas jiwa dan membunuh kreativitas berpikir siswa.
4. Merasa puas dengan ilmu yang dimilikinya. Guru merasa sebagai satu-satunya orang terpandai di kelas. Ia akan merasa puas jika para siswanya tidak mempu mengerjakan soal dengan cepat, guru seperti ini senang bahkan mendapat kepuasan batin jika kening para siswanya berkerut, pusing memikirkan cara menyelasaikan soal yang guru berikan. Ia akan menjadi juru selamat dengan membahasnya di depan kelas dan menunjukkan bahwa gurulah yang paling hebat.
5. Anti kritik terhadap perubahan cara mengajar. Guru merasa terancam dan tersudut jika mendapat pertanyaan terhadap konsep yang telah diberikan kepada siswanya. Disaat guru tidak mampu menjawab pertanyaan siswa, ia akan mengeluarkan jurus pembelaan diri dengan mengatakan bahwa konsep atau cara tersebut sudah ada dari sananya atau dari dahulu, jadi tidak usah dipertanyakan lagi. Guru yang seperti ini juga akan merasa kesal jika mendapat kritik dari guru lain, apalgi yang lebih muda atau junior. Ia merasa sudah lebih berpengalaman dan tidak pernah melakukan kesalahan dalam mengajar.

Guru yang memiliki kriteria tersebut tentu saja tidak akan dapat memajukan dan mencerdaskan peserta didiknya. Padahal jika kita ingat pepatah lama "Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa", tentu saja tidak selalu relevan dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Sudah banyak terlihat bukti-bukti yang membuat pepatah tersebut hanyalah berupa kata-kata indah saja, tidak ada makna dibaliknya. Karena tentu saja tidak ada pahlawan yang akan membuat anak didiknya menjadi bingung atau bahkan tidak mengerti sama sekali dengan apa yang diberikan padanya. Padahal hal tersebut justru yang banyak terjadi saat ini. Hal utama yang perlu menjadi perhatian dari para guru adalah usaha guru tersebut dalam membelajarkan siswa untuk memcapai keberhasilan tujuan pembelajarn yang sudah direncanakan. Oleh karena itu metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran yang tepat merupakan salah faktor tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani (2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar. Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari mengingat (memorizing) atau menghapal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding), dari model ceramah ke pendekatan discovery learning atau inquiry learning, dari belajar individual ke kooperatif, serta dari subject centered ke clearer centered atau terkonstruksinya pengetahuan siswa (Setiawan,2005).
Untuk menciptakan situasi pembelajaran yang berpusat pada siswa guru harus mempunyai karakteristik kompetensi, diantaranya adalah sebagai berikut menurut Spencer dan Spencer (Hamzah B. Uno, 2007: 63) :

1. Motif, yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu. Guru haruslah mengetahui motif apa yang mendasarinya mengadakan pembelajaran. Motif guru ini diharapkan adalah untuk memandirikan dan mencerdaskan anak didiknya secara menyeluruh.
2. Sifat, yaitu karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi atau informasi. Begitu halnya dengan kontrol diri, emosional dan inisiatif lebih kompleks dalam merespon situasi secara konsisten. Kompetensi sifat ini pun sangat dibutuhkan dalam memecahkan masalah dan melaksanakan panggilan tugas sebagai seorang guru.
3. Konsep diri, yaitu sikap, nilai, dan image diri seseorang. Contohnya kepercayaan diri. Kepercayaan atau keyakinan diri seseorang agar dia menjadi efektif dalam semua situasi adalah bagian dari konsep diri. Guru harus merasa percaya pada dirinya sendiri dilandasi dengan usaha dan kemauan belajar yang terus-menerus bahwa ia dapat memberikan dan melakukan yang terbaik untuk kegiatan pembelajaran bagi para siswanya.
4. Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu. Hal ini mutlak dimiliki dan dikuasai oleh seorang guru. Guru saat ini dituntut untuk selalu memberikan inovasi-inovasi baru agar siswa tidak cepat merasa bosan. Guru juga jangan terpaku pada teks book yang sudah ada, tetapi harus senantiasa mencari informasi-informasi aktual yang dapat dikaitkan dalam proses pembelajaran. Dengan membicarakan peristiwa aktual akan membantu siswa untuk memahami materi yang diajarkan.
5. Keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental. Contoh kemampuan fisik misalnya keterampilan membuat dan menggunakan alat peraga. Sedangkan kemampuan berpikir analitis dan konseptual adalah berkaitan dengan kemampuan mental atau kognitif guru.

Selain faktor dari guru masih banyak lagi faktor-faktor yang menjadikan pelajaran matematika dianggap sebagai momok oleh para siswa. Kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa matematika adalah sesuatu yang susah dimengerti, mereka tidak sepenuhnya tahu esensi dari matematika itu sendiri. Berikut ini akan coba dipaparkan apakah matematika itu. Sebagai sesuatu yang sifatnya praktis, matematika merupakan ilmu tentang pola dan urutan. Matematika tidak membahas tentang molekul atau sel, tetapi membahas tentang bilangan, kemungkinan, bentuk, algoritma, dan perubahan. Sebagai ilmu dengan objek yang abstrak, matematika bergantung pada logika, bukan pada pengamatan sebagai standar kebenarannya, meskipun menggunakan pengamatan, simulasi, dan bahkan percobaan sebagai alat untuk menemukan kebenaran. Mathematical Sciences Education Board (1989, hal.51).
Matematika adalah ilmu tentang pola dan urutan. Gambaran sederhana yang sangat baik mengenai matematika ini dapat ditemukan pada Everybody Counts (MSEB, 1989; lihat juga Schoenfeld, 1992). Definisi ini menantang pandangan popular masyarakat terhadap matematika sebagai ilmu yang didominasi oleh perhitungan dan tanpa alasan-alasan. Ilmu pengetahuan adalah proses menggambarkan sesuatu atau memberi arti tentang sesuatu. Ilmu pengetahuan berawal dengan soal pada suatu situasi. Meskipun mungkin Anda tidak pernah memikirkannya, matematika adalah ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis. Menemukan dan mengungkap keteraturan atau urutan ini dan kemudian memberikan arti merupakan makna dari mengerjakan matematika.

Melibatkan diri dalam ilmu tentang pola dan urutan, dalam mengerjakan matematika, memerlukan banyak usaha dan waktu. Ada banyak ide yang dapat dipelajari. Ide-ide ini sering muncul dalam daftar "keterampilan dasar". Sebagai contoh, anak-anak harus dapat menghitung dengan benar, mengetahui fakta-fakta dasar untuk penjumlahan dan perkalian, mempunyai metode yang efisien untuk menghitung bilangan asli, pecahan dan desimal, mengetahui fakta-fakta pengukuran seperti berapa inci dalam satu kaki, mengetahui nama-nama bentuk geometri, dan sebagainya.

Ada kalanya guru-guru mendapatkan suatu moment yang menjadi tekanan selama masa mengajarnya. Yaitu di saat para siswanya akan menghadapi ujian baik ujian kenaikan ataupun ujian kelulusan. Saat itulah muncul pertanyaan yang akan menjadi topik yang hangat dibicarakan. "Apakah yang menjadi dasar dalam matematika ? " Pertanyaan itulah yang sering muncul untuk dapat memahami matematika secara praktis dalam waktu singkat. Padahal justru hal yang paling mendasar dalam matematika adalah matematika harus mudah dipahami dan masuk akal. Maksudnya di sini adalah setiap ide yang disampaikan di dalam ruangan kelas dapat dan harus dipahami secara lengkap oleh setiap siswa, tidak ada pengecualian. Jangan sampai ada siswa yang tidak memahami setiap bagian dari matematika. Semua anak mampu belajar bidang matematika yang kita inginkan, dan mereka dapat mempelajarinya sampai benar-benar paham.
Mengerjakan matematika perlu usaha dan inisiatif. Meskipun berfikir, memberi alasan, dan memahami dapat menyenangkan, tetapi hal-hal tersebut dapat juga tidak menyenangkan jika tidak ada yang menyarankan apa yang harus dikerjakan. Suasana kelas harus dibuat menyenangkan dan setiap siswa dihargai ide-idenya. Siswa harus merasa nyaman, tidak takut kalau berbuat salah. Peran guru di sini adalah memberi semangat kepada siswa untuk melakukan pengamatan, memberi kepercayaan dan memberi harapan. Dalam situasi seperti ini siswa diajak untuk mengerjakan matematika. Soal-soal diberikan kepada siswa dan siswa bekerja menyelesaikan soal. Tujuannya adalah siswa mengaktifkan siswa, menguji ide-idenya, membuat dugaan, memberi alasan dan menjelaskan hasil kerjanya. Para siswa bekerja secara berkelompok, berpasangan, atau secara individu, tetapi mereka selalu berbagi ide dan berdiskusi. Para siswa mempertahankan hasil kerjanya dan menguji kebenaran hasil kerjanya dengan menggunakan alasan-alasannya. Jika kegiatan seperti ini dapat dibiaskan dalam kelas maka akan tercipta pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga tujuan pembelajaran tidak hanya dapat terlaksana secara teoritis tetepi juga esensialnya dapat dirasakan.

Siswa juga sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, justru diharapkan peran siswa dalam proses pembelajaran harus lebih dominan. Diharapkan semua dari siswa, untuk siswa dan kembali lagi ke siswa. Guru di sini hanyalah berperan sebagai mediator dan fasilitator yang aktif. Sebagai siswa kita harus dapat menumbuhkan motivasi di dalam dirinya sendiri untuk selalu berusaha ke arah yang lebih baik. Siswa harus berpandangan ke depan, jangan hanya terpancang atau menerima begitu saja semua yang diberikan oleh guru. Siswa juga harus aktif dan lebih produktif dalam usaha untuk memahami materi pelajaran bukan hanya matematika tetapi untuk mata pelajaran yang lain juga harus dibudidayakan. Siswa saat ini diharapkan dapat lebih survive dalam mencari sumber belajar lain selain materi yang telah diberikan guru di sekolah. Mereka harus dapat mencari permasalahan yang kontekstual dengan materi pelajaran yang sedang diajarkan sehingga mareka akan lebih mudah memahaminya. Bersama dengan guru ciptakanlah suasana kelas yang produktif untuk belajar matematika. Ciri-ciri kelas matematika yang produktif antara lain sebagai berikut :

1. Ide-ide yang muncul saat pembelajaran sangat penting. Para siswa dapat memiliki ide-ide mereka sendiri dan membaginya dengan yang lain.
2. Ide-ide harus dipahami bersama-sama di dalam kelas. Setiap siswa harus menghargai ide-ide dari temannya dan mencoba memiliki dan memahaminya. Setiap siswa juga berusaha mencapaikan ide mereka agar siswa yang lain juga dapat merealisasikan ide tersebut.
3. Kepercayaan harus dibangun dengan pemikiran bahwa membuat kesalahan tidak menjadi masalah. Para siswa harus menyadari bahwa kesalahan adalah kesempatan untuk berkembang.
Guru juga berusaha untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran matematika,usaha yang dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Dalam tahap ini guru merancang dan menyusun sumber belajar yang efektif, efisien dan tepat yang sesuai degan minat, kondisi, dan karakteristik siswa yang heterogen. Menyusun skenario pembelajaran yang lebiah bervariasi, menentukan metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa, menentukan alat dan sumber belajar yang tepat untuk proses pembelajaran. Selain itu guru harus melakukan penilaian yang sesuai denagn keadaan dan potensi siswa.
2. Tahap pelaksanaan
Melaksanakan skenario pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Guru berperan sebagai fasilitator, para siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Guru memotivasi siswa untuk lebih semangat dalam proses pembelajaran. Saat dibutuhkan guru harus selalu siap untuk memberikan penjelasan. Memberikan penghargaan atau pujian kepad siswa atas keberanian atau ide-ide yang dikemukaan di kelas. Hal tersebut akan memacu para siswa untuk meningkatkan potensi dirinya, dan memotivasi siswa yang lain.
3. Tahap evaluasi
Guru melakukan penilaian kepada para siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai dilakukan. Selain itu guru membuat catatan-catatan kecil yang dirasa perlu untuk meningkatkan proses pembelajaran selanjutnya.
4. Refleksi
Menyimpulkan apa yang telah diperoleh dari proses pembelajaran. Siswa dapat memberikan komentar, pendapat, atau kritik terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung. Pendapat-pendapat tersebut akan berguna untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.

Keselarasaan antara guru dan siswa akan dapat menciptakan pembelajaran yang diinginkan yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kerja sama antara guru dan siswa di sini juga akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses. Guru harus mementingkan kebutuhan para siswanya bukan menjadikan siswa sebagai objek untuk sekedar menstransfer ilmu semata. Siswa juga diharapkan aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu siswa juga harus selalu berinisiatif untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, selalu termotivasi untuk berfikiran maju. Dengan begitu akan tercipta suasana belajar matematika yang produktif.


Sumber :
Euis Kurniawati. 2008. Usaha Guru Melibatkan Siswa dalam Pembelajaran Matematika.http://myaghnee.blogspot.com/2009/01/usaha-guru-dalam-melibatkan-siswa-dalam.html.Diakses pada tanggal 29 mei 2009
Mandi. 2009. Bagaimana Menjadi Guru agar Disukai Siswa?.http://wandisukoharjo.wordpress.com/2009/02/21/bagaimana-menjadi-guru-matematika-agar-disukai-siswa/. Diakses pada tanggal 29 mei 2009
Euis Kurniawati. 2008. USAHA GURU DALAM MELIBATKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Antara Teori dan .... membantu siswa mengungkapkan dan memperbincangkan ide-ide matematika).http://myaghnee.blogspot.com/2008_12_07_archive.html. Diakses pada tanggal 29 mei 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar